Langsung ke konten utama

Postingan

Hadirnya Warna Indah

Postingan terbaru

Bidak Catur

tik tik tik. 30 detik berlalu.... Anak catur pertama maju satu kotak pindah dari tangan lelaki tua yang usianya sudah memasukki kepala 8. Dihadapannya tersebar papan catur beserta tokohnya. Dia bermain sendiri tanpa teman. Yang menjadi lawannya saat ini hanyalah dirinya sendiri. Seorang anak kecil berusia 10 tahunan yang sedari tadi melihatnya pun menghampiri. Heran, itu tepatnya. "kakek bermain sendiri?" tanyanya. "seperti yang kamu lihat dik" Anak itu hanya mengangguk dan mencoba memindahkan salah satu bidak catur yang bentuknya kuda. Tapi... "Yang itu jalannya L nak. jangan dulu kau pakai" "Lalu yang mana dulu?" "Mainkan anak buahnya dulu yang paling depan" Anggukan kedua kembali dilakukan anak itu. Lalu sang kakek menggerakkan anak buah dari warna yang berbeda. Hup, satu anak catur milik si anak diambilnya. Sang anak bingung. "Kenapa bisa anak buah itu mengalahkan anak buah dari bagianku ?" "Karena

GORESAN KECIL

Hey, masih ingat kapan kamu menginjakkan kakimu dibumi ini ? Beberapa puluh tahun yang lalu ? Tentu saja, saat itu adalah masa dimana ayah dan ibumu membimbingmu mengenalkan dunia ini padamu. Dunia yang Tuhan ciptakan dengan amat sangat indah. Boleh tanya lagi, masih ingat saat usiamu memasukki sekolah taman kanak-kanak ? Apa cita-citamu saat itu ? Dokter? Guru? Atau bahkan presiden ? Dan saat itu kamu perjuangkan mati-matian untuk mengejar dan meraih impianmu itu. Belajar, membaca, bertanya, dan juga membandingkan hal satu dengan lainnya Dan saat itu pikiran kita masih belum terbagi oleh hal-hal yang memang tak seharusnya, yang bukan untuk tujuan hidup kita. Lalu saat ini bagaimana ? Masih inginkah kamu meraih cita-citamu yang dulu ? Saat ini kita hanya ingin jadi orang sukses. Entah apa yang dikerjakan yang penting dapat uang. Berbeda dengan cita-cita yang dulu ya.. Saat ditanya masih ingatkah dengan cita-citamu dulu ? kau hanya menjawab "Al

(: For ya , December , 22nd. i'll never forget you :)

rasanya baru kemarin, kita tertawa dan bercanda. bahkan sering kau meledek aku, dengan leluconmu yang khas. rasanya baru kemarin , aku mendengar berita akan dirimu. Tuhan menghadiahkan mu bencana. Tapi kamu tetap tegar. rasanya baru kemarin, aku melihatmu terbaring lemah di ranjang rumah sakit. meminta untuk berdoa bersama pada sang Khalik. senyuman yang ikhlas, yang langka. rasanya baru kemarin. mendengar harapan kamu yang terakhir, meminta ku menjadi dokter. kau bilang biar dapat menyembuhkan sakitmu sendiri. ya, kamu bilang begitu. rasanya baru kemarin, aku mengantarmu ketempat terakhirmu. melihat mereka menggali tanah kuburmu. melihat kita semua menghamburkan bunga wangi diatasmu. saat kamu pergi meninggalkan kita semua dengan manis, senyuman ikhlas yang kamu tinggalkan. aku tak bisa maminta apapun lagi. aku rasa kamulah yg kini begitu dekat dengan-Nya. kamu bisa saja menengadahkan tanganmu dan mengucapkan permohonanmu,.

Surat untuk para petinggi , Dari yang peduli.

To: Dahlan Iskan, Menteri BUMN Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden Republik Indonesia Ignasius Jonan, Direktur Utama PT KAI Ifdhal Kasim, Ketua Komnas HAM Indonesia Syarief Hasan, Menteri Koperasi dan UKM E.E. Mangindaan, Menteri Perhubungan Malam 29 Desember 2012, seorang nenek menangis karena tidak tahu lagi bagaimana nasib kuliah anaknya ke depan disebabkan pekerjaannya harus selesai di malam tersebut. Malam tanggal 29 Desember 2012, puluhan orang terancam kembali masuk ke dunia kriminal setelah sebelumnya mereka bekerja sebagai pedagang. Di malam 29 Desember itu juga, ratusan manusia panik karena mulai besoknya mereka tidak lagi bekerja sebagaimana hari-hari biasanya. Semua ini terjadi karena penggusuran sepihak yang dilakukan oleh PT KAI. PT KAI menggusur kios-kios pedagang di sekitar peron dengan dalih kenyamanan penumpang. Penggusuran tersebut, sayangnya, dilakukan secara sepihak tanpa negosiasi terlebih dahulu dengan para pedagang. Banyak diantara para peda

Sesal

Maaf, saat itu ku tak ada disekitarmu. Maaf, saat kau butuh aku tak didekatmu. Maaf, saat ajalmu menjemput aku tak bisa berbuat. Hanya maaf dan penyesalan yang tersisa. Andai aku menjagamu dulu. Terlambat. Aku terlambat menyadarinya. Kau tak lagi didunia. Aku tak bisa membohongi diri bahwa aku ingin menangisi pusaramu, Membanjiri batu nisan diatas tanah yang kini menyelimutimu. Menjadi tempat peristirahatanmu. Andai aku bisa mengerti bagaimana memisahkan ego dengan kemauan. Aku bodoh. Padahal semua sayang yang kau beri tak sebanding dengan apa yang kuperbuat untuk membalasnya. Maaf. Hanya doa yang bisa kuhadiahi. Aku tau kau tak lagi mengharapkan apapun lagi. Karena Tuhan kini telah memelukmu, dan kau bisa meminta langsung padanya. Aku menyesal. Bahagia disana, tunggu aku disurga sang pencipta :'-)

renungan (:

Ini sebenarnya bukan masalah atau kebingungan yang harus diperpanjang. bukan juga berkah atau keberuntungan yang harus dibanggakan. harusnya kita bisa  senang menjadi diri ini,, yang kelihatannya tak ada sedikit pun amarah yang meledakkan emosi sehingga terlihatlah dua tanduk merah disepanjang kepala.. Well,, terlihatkah aku begitu ceria dengan senyum yang sebenanrnya tak ada arti apapun ? bukan aku menutupi sebongkah kisah yang memang tak seharusnya terpublish.. hanya saja terlalu rumit, ya, rumit untuk diuraikan kedalam kata kata.. aku hanya lebih beruntung dibanding mereka yang tak bisa mengatasi bebannya , tapi mereka lebih memilih untuk menutupi masalahnya dengan tawa yang keras dan melengking,, atau melarikan diri ke dunia yang penuh kesibukan.. apakah bebanmu akan hilang ? Tidak ! Teman, yang biasa selalu hadir tanpa perlu ada absensi di setiap harinya.. merekalah fasilitas yang baik untuk mengakses suatu jalan keluar dari apapun masalahmu,, mungkin me